Cerita Kehilangan

“Mengapa kita diberi mimpi? Agar percaya bahwa suatu saat hidup akan menjadi lebih baik?? Karena itu mencoba bertahan, meskipun hidup jauh lebih sulit dari yang dijalani. Tapi akhirnya mimpi justru menjadi pelarian. Disanalah bahagia sesaat di temukan, karena ketika mata terpejam kita memiliki semua yang tak bisa dimiliki di dunia nyata.”

Langit terlihat bimbang di ujung senja. Matahari seolah tak rela dikalahkan malam, merah melunturi angkasa, awan ternoda, anginpun merintih.
Ia melihat malam dari balik kaca jendela kamarnya. Gedunggedung tinggi menjulang, lampulampu kota dikala malam.. Sayupsayup suara itu tak juga menyingkir dari telinga, dari ingatan, bergaung terus, menyisakan getaran.
Ia meraba dadanya, ada kejujuran, disini.. Mengusik palung hati, hanya rasa yang tertinggal. “Ah..mengapa terlalu sering kenyataan menghanguskan angan?” Terkadang aku ingin merintih tanpa nyeri, lalu menangis tanpa airmata, dan tertegun begitu saja.. ternyata tak perlu kata untuk mengoyak perasaan ini, kenyataannya kebisuan itu terasa lebih menyakitkan.

Perempuan itu , disana..
Berdiri, duduk lagi, termenung memandang langit, betapa sepi, begitu sendirian.
Mengapa bagiku kesendirian itu seringkali terasa mengerikan? Bukankah kita itu lahir dan mati seorang diri? Apakah karena kesendirian mengingatkan bahwa kita pun tak pernah memiliki diri kita sendiri? Karena ada yang lebih berHak..

Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 01:48
Ia masih termenung sendiri di kamarnya, tempat dimana ia biasa menghabiskan waktu, berkeluh kesah.
Siapakah yang kau pikirkan? Apakah yang kau cari??
Ia menahan napas. Hanya bisa merasakan.. Ia tahu pasti, sesuatu yang hilang.. datang dan pergi. Dan entah kapan kembali. Mungkin esok, lusa, minggu depan atau tak kan pernah.. entahlah.
Ia pejamkan mata, agar gelap menghapuskan kenangan, agar pekat memadamkan harapan. Namun bayangan itu, jejaknya yang hidup di dalam diri, tak mungkin di ingkari.

Single Post Navigation

← Older Entry

Newer Entry →